Bisnis Kuliner Jadi Primadona di Indonesia, Memiliki Peluang Yang Besar Untuk Berkembang
Jakarta - Bisnis kuliner di Indonesia akan tetap jadi primadona dan memiliki
potensi untuk terus berkembang. Di tengah peluang yang besar, bisnis
kuliner memiliki tantangan yang menuntut pelaku usahanya mampu
beradaptasi dan memenangkan persaingan, khususnya bagi Pelaku Usaha
Mikro.
Informasi BPS menunjukkan, dari 16 sektor ekonomi kreatif, terdapat
tiga sub sektor sebagai penyumbang terbesar kuliner 42%, fesyen 18%,
dan kriya 15%. Untuk itu, Kementerian Koperasi dan UKM menyelenggarakan
pelatihan vokasional salah satunya di bidang kuliner bagi Pelaku Usaha
Mikro.
"Dalam situasi apapun, makanan minuman sangat dibutuhkan masyarakat.
Bisnis kuliner salah satu usaha menjanjikan dan yang mampu bertahan di
tengah pandemi Covid-19 sekaligus menjadi penopang ekonomi rakyat,"kata
Sekretaris Deputi Usaha Mikro Kementerian Koperasi dan UKM AH Novie,
pada pembukaan pelatihan vokasional bagi usaha mikro sektor kuliner di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung beberapa waktu lalu.
Dalam arahannya, ia mengatakan meski digempur dengan situasi sulit
karena pandemi, bisnis kuliner tetap berupaya dan mampu bertahan. Pelaku
usaha yang mampu bertahan adalah mereka yang bisa beradaptasi dalam
bisnis ini.
Ia mengatakan untuk bertahan, produktif dan memenangkan persaingan di
bisnis kuliner, tiga hal perlu diperhatikan, yaitu adaptasi, inovasi dan
kreativitas serta kolaborasi, artinya berani menerapkan konsep/strategi
usaha yang berbeda mulai produksi hingga pemasarannya.
"Beradaptasi dengan pemanfaatan teknologi dalam pemasaran produk.
Kemudian inovasi dan kreatif untuk menghasilkan produk yang berbeda,
baik nama produk, kemasan, kualitas rasa dan higienitasnya karena pada
dasarnya karakter konsumen ingin selalu mencoba sesuatu yang baru,
bercita rasa unik dan kesehatannya.
Terakhir adalah membangun jejaring
sebagai media informasi, menguatkan dan mengembangkan usaha,"ucapnya.
Tak ketinggalan, ia juga mengingatkan perubahan yang begitu cepat di age
teknologi saat ini hendaknya bisa mendorong setiap pelaku usaha
terhubung dengan digitalisasi dan menumbuhkan pola pikir/motivasi
sebagai wirausaha yang sesungguhnya.
Untuk itu, para peserta pelatihan
diharapkan agar benar-benar menggali pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman dari para ahli yang hadir sebagai mentor.
Selain itu, ia juga mendorong agar Pelaku Usaha Mikro dapat mengakses
dan memanfaatkan program-program yang ada di Kementerian Koperasi dan
UKM. Seperti kemudahan berusaha dengan pendaftaran NIB (Nomor Induk
Berusaha) dan sertifikasi produk seperti merek, S-PIRT, akses
pembiayaan, promosi dan pemasaran, maupun bantuan hukum dan konsultasi
usaha.
Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, Yulizar Adnan mengatakan bisnis kuliner di daerahnya memiliki
peluang yang besar terbukti walau Covid-19 melanda bisnis kuliner tetap
bertahan.
Ia mengatakan dinas juga sering melakukan pelatihan promosi digital,
antara lain kuliner jamu yang sudah menembus pasar Singapura dan saat
ini sedang menjajaki pasar Jepang. Selain itu juga pendampingan untuk
mendapatkan NIB, Halal dan PIRT. Ia berharap pelatihan seperti ini dapat
dilakukan lebih banyak lagi.
Peserta yang jumlahnya 30 orang dan mayoritas mahasiswa dan sudah
memiliki usaha sangat bersemangat mengikuti pelatihan karena menilai
mendapatkan informasi berharga untuk menjalankan usaha dengan benar.
Rani, mahasiswa term III, yang berdagang bakso goreng mengatakan dalam
pelatihan ini mendapatkan materi kewirausahaan yang sangat
dibutuhkannya. Ia kini mengetahui bagaimana melakukan pemasaran online
dengan benar.
Komentar
Posting Komentar